Pages

Tuesday, April 19, 2011

Saatnya Mahasiswa Berwirausaha

Tak seperti biasanya, Sabtu (9/4) pagi itu suasana Gedung Graha Saba Pramana Universitas Gadjah Mada berbeda. Area parkir yang biasanya kosong, penuh diisi sepeda motor.
uasana itu membuat orang bertanya-tanya. Pasalnya, setiap hari Sabtu mahasiswa biasanya libur dari kegiatan akademik. Jadilah seluruh sudut kampus UGM, termasuk Gedung Graha Saba Pramana, lengang dari hilir mudik mahasiswa dan pegawai kampus

Rupanya, Sabtu itu Center Of Entrepreneur Development (CED) mengadakan sosialisasi Program Mahasiswa Wirausaha 2011. Ini merupakan program yang dilaksanakan CED dan dibiayai Dikti untuk melatih atau menggembleng mahasiswa menjadi pengusaha sukses. Di UGM, program ini telah berjalan selama 3 tahun, sejak 2009.
Acara ini tampaknya menarik minat mahasiswa. Terbukti, mahasiswa yang hadir mencapai 700 orang dari berbagai fakultas.
Seluruh peserta akan mengikuti seleksi dan penyaringan. Mahasiswa yang nantinya terjaring hanya 30 orang. Bisa dibayangkan ketatnya persaingan dan kompetisi yang harus mereka jalani.
Mengawali acara, Pak Edi, Ketua CED, memberikan sambutan dan nasihat. Ia mengatakan, sudah tiba saatnya mahasiswa menjadi wirausahawan sukses. ”Jangan hanya puas menjadi pegawai atau pekerja,” ujarnya.
Menurut Pak Edi, bila ingin sukses berwirausaha, mahasiswa harus mempunyai tiga modal pokok, yaitu attitude (sikap), knowledge (pengetahuan), dan skill (keterampilan).
Setelah itu, acara dibuka Drs Haryanto, Direktur Kemahasiswaan. Dalam sambutannya, ia mengingatkan peserta sebagai orang-orang yang beruntung bisa menikmati bangku kuliah.
”Kalian merupakan sedikit orang yang bisa mengenyam bangku kuliah, untuk itu jangan sia-siakan,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengingatkan mahasiswa untuk berani mengembangkan sikap entrepreneur. ”Banyak mahasiswa lulusan strata satu yang menganggur. Untuk itu kalian harus berani menjadi wirausaha.” Ia menambahkan, untuk menjadi wirausaha setiap orang harus bermental tangguh.
Pada kesempatan itu hadir dua pengusaha sukses, yakni Fajar Handika P, pengusaha rumah makan Foodfazt yang omzetnya per bulan mencapai Rp 500 juta. Pengusaha lainnya adalah Alvin, yang bergerak di bidang fotografi dengan omzet mencapai Rp 100 juta. Kisah dan pengalaman keduanya menjadi motivasi bagi mahasiswa.
Acara dilanjutkan dengan sosialisasi Program Mahasiswa Wirausaha oleh Ibnu Wahid F. Selain berbagi kisah dan pengalaman, masing-masing narasumber juga berbagi tips bagaimana mereka menghadapi berbagai kendala saat berproses merintis usaha sampai menjadi pengusaha sukses.

Mengubah paradigma
Acara sosialisasi Program Mahasiswa Wirausaha berhasil memberi warna berbeda pada citra mahasiswa. Antusiasme mereka memperlihatkan bagaimana mahasiswa sangat berminat menjadi pengusaha dan berwirausaha.
Selama ini mahasiswa lebih dikenal sebagai manusia kutu buku. Tugasnya hanya bergulat dengan buku, di mana hampir setiap hari kegiatannya diisi dengan kuliah, mencari data dan informasi di perpustakaan, belajar, praktikum, hingga mengerjakan tugas.
Tak jarang muncul pandangan ”miring” ketika sejumlah mahasiswa berwirausaha karena menurut mereka kuliah dan berwirausaha tidak bisa dijalankan bersamaan. Anggapan tersebut muncul karena banyak mahasiswa yang berwirausaha, lalu prestasi akademiknya menurun, bahkan jatuh.
Pandangan tersebut terkadang membuat orangtua khawatir. Akibatnya, banyak orangtua melarang anaknya berwirausaha. Mereka lebih senang anaknya kuliah, mendapat nilai bagus, dan cepat bekerja.
Seharusnya kedua hal itu tidak perlu saling dibenturkan karena baik kuliah maupun menjadi wirausaha merupakan hal positif. Banyak kita jumpai seorang mahasiswa sukses berwirausaha sekaligus prestasi studi mereka pun bagus.
Di luar itu, sejumlah fakta menunjukkan bahwa pengangguran lulusan strata satu menempati posisi yang cukup signifikan dalam jumlah pengangguran di Indonesia. Hal ini terjadi karena mahasiswa hanya mengandalkan nasibnya kepada perusahaan untuk menampung mereka. Padahal, perusahaan itu belum tentu menambah karyawan setiap tahun, sedangkan jumlah lulusan strata satu setiap tahun terus bertambah.
”Berwirausaha adalah pilihan terbaik. Dengan berwirausaha kita akan ditempa dan diuji apakah bisa survive,” ujar M Khoirul Aqiya’, mahasiswa jurusan Ilmu komunikasi UGM 2007.
Habib, mahasiswa D-3 Geografi, menambahkan, ”Mengandalkan pekerjaan di instansi pemerintah bukanlah jalan terbaik. Di tempat itu kita seperti buruh yang bekerja, lalu mendapat gaji. Dengan berwirausaha, kita belajar memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Berwirausaha memberikan warna yang berbeda pada hidup kita.”
Sepakat dengan Khoirul dan Habib, berwirausaha merupakan kegiatan positif. Mahasiswa belajar disiplin dan mandiri. Tak menjadi mahasiswa ”ATM” yang hanya menunggu transfer dari orangtua, dan ketika akhir bulan bingung mencari pinjaman uang untuk menutupi kebutuhan.
Wirausaha merupakan kunci kemajuan ekonomi Indonesia di masa depan. Inilah saatnya mahasiswa dididik menjadi pengusaha sukses yang bisa memberdayakan diri sendiri dan orang lain.
Terlebih lagi, dari sekian banyak lulusan perguruan tinggi tak semua beruntung bisa mendapat pekerjaan. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan kegiatan positif yang perlu mendapat dukungan berbagai pihak. Kegiatan ini akan melahirkan mahasiswa tangguh, penopang Indonesia di masa depan.
M Khotim Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol Universitas Gadjah Mada

No comments:

Post a Comment